AWAL.
“Aku kan udah bilang sama kamu, jangan makan ice terus jadinya kamu pilek.”
“Bukan urusan kamu.” , “kamu kalo di kasih tau itu nurut, jangan membangkang.” Pria kecil itu memutar bola matanya jengah, menepis genggaman Bilal dan berjalan cepat mendahuluinya.
“Memangnya kamu siapa atur atur aku.” Teriak Nirwana di depan sana.
“Kamu itu udah kaya keluargaku sendiri, aku udah anggap kamu seperti adik sendiri.” Nirwana kesal, ia menendang tanah , membuat pasir – pasir yang melayang ke udara membuat Nirwana dan Bilal terbatuk.
“NIRWANA!!” Hendak Nirwana akan berlari, sekumpulan anak sebaya Bilal datang mengerumun ke arah Bilal, Nirwana terkejut dan berlari untuk menarik tangannya, namun seseorang berhasil mendorong kuat tubuh kecil itu, hingga tersungkur kebelakang.
“Oyy Bilal, kenapa tadi kamu kabur waktu pulang sekolah?! Kamu gamau kasih uang ke kami?!” Lutut Bilal sangat lemas, pundaknya merosot dengan wajah yang menunduk enggan menatap mereka.
BRUKKK
Bilal terjatuh dengan keras ke atas tanah, ia merasakan tulang bokoknya sangat nyeri. Ia meringis dengan pelan karna takut semakin di siksa.
“HEH JANGAN MACAM MACAM YA MISKIN!” Teriak maki Nirwana, membuat segerombolan anak – anak itu tersulut emosinya.
“Bocah kecil, berani banget menghina kami!”
“Memang betul kan ucapanku? Kalian itu miskin, kerjaannya minta minta uang ke orang mulu. Kenapa kalian gak pake baju sobek dan berdandan wajah kumuh, terus minta – minta di pusat kota sana? Kenapa harus ke Bilal? Salah satu dari mereka maju dengan tangan yang mengepal kuat, bersiap untuk membogem pria kecil yang menghina di hadapan mereka.
Mengetahui jika Nirwana dalam masalah, Bilal dengan cepat berlari keluar dari kerumunan anak nakal tersebut dan mendorong pria baju berwarna hitam itu. “NIRWAN LARI!! CEPET!!” Nirwana tidak pergi, justru ia terus memasang muka nyeleneh agar lawan datang padanya.
Teman – temannya tidak terima, yang Nirwana pikir mereka akan datang padanya, ternyata Bilal lah yang menjadi sasarannya.
Suara pukulan keras yang terdengar oleh Nirwana membuat jatungnya berpacu lebih kencang, keringat dingin dan tubuh yang bergetar membuatnya sulit untuk berfikir, apa yang harus ia lakukan untuk menolong Bilal.
“WOY! GOBLOK! MAU JADI JAGOAN LO, BANGSAT!” Suara lantam itu terdengar hingga bergema di seluruh lapangan, segerombolan anak nakal itu berhenti memukuli Bilal dan memfokuskan pandangannya ke arah suara.
“Solo vs squad?” , “lah ayo? Siapa takut?”
Belum saja 2menit 3 bocah nakal itu tergeletak kesakitan, mereka meringis dan meminta tolong pada temannya yang masih aman. “Apa? Mau kaya mereka juga?”
“Ehh ehh ayo pergi!! Cepet bangun! Kabur!!”
Pria penyelamat bilal itu berlari kecil dan menggendong Bilal ala bridestyle, Yang awalnya Nirwana kagum, tiba – tiba ia kesal dan marah pada pria yang menggendong Bilal.
“Kamu gak apa apa?”
“Enggak kok kak.”
“Aku anterin pulang ya?”
“Turunin aja aku gapapa kok kak.”
“Aku kuat kok, aku kan atlit karate.”
Cuih, batin Nirwana. Saat itu lah, jika ia besar nanti, ia bertekad akan berolah raga dan membuat badannya besar dan kuat. Agar bisa menolong dan melindungi Bilal.