sykes<3

Happy reading, readers!❤️

“Stop staring at me.” Tukas Jimin pada Jungkook.

Jungkook menggeleng guna menyingkirkan fikiran kotor di kepalanya, karna entah kenapa, saat melihat Jimin, otak Jungkook memutar kembali memori saat memergoki Jimin masturbasi sembari menyebut namanya.

“Sorry.” Balas Jungkook yang di sekon berikutnya pergi dari hadapan Jimin.

“Tuan park, mungkin hanya pikiran kami atau benar kalian sedang bertengkar?” Jimin sontak terkaget, pasalnya teman satu kantornya menyadari sikap kedua adam ini sama sekali tidak hangat.

“Umm engga juga, kami emang lagi sama sama fokus.” Jelas Jimin.

“Ohh, kirain kalian sedang bertengkar, yasudah deh, kami harus masuk ke ruang rapat sekarang, kami duluan ya tuan park.” Jimin mengangguk dan memberi senyum khasnya.

“Wah wah, sampe temen kantor aja nyadar kalo gue sama jungkook, lagi gak baik baik aja.” Ucap Jimin pelan.

*** “Bye tuan park, kami duluan ya.”

“Jimin kamu mau bareng sama aku?”

“Kak Jimin lagi nunggu orang jemput ya?”

Jimin hanya bisa tersenyum dan mengangguk anggukan kepala. Jimin cukup terkenal di kantornya, karna sifatnya yang baik dan ramah, dengan wajah yang manis nan ayu. Tidak bisa di pungkiri, Banyak yang berlomba lomba untuk dekat dengan Jimin, untuk hanya sekedar berteman atau lebih.

“Taehyung…”

“Yuk naik, maaf ya telat semenit.”

“Lo selalu gitu, padahal gue gak apa apa.” Ucap Jimin sembari menaiki motor milik Taehyung. “Lo gapapa nih jemput gue? Padahal tadi gue bisa aja sendiri ke cafe lo.” Lanjut Jimin.

“Iya gapapa, udah siap?”

“Udah, yuk gass.” Taehyungpun menancap gasnya dan melesat pergi membelah kota. Yang tak di sangka sangka membuat emosi seseorang naik pitam, pasalnya Jungkook sedari tadi memerhatikan si manis dan mantannya pulang bersama.

“Wellcome to Villa Bunga Lembang!”

“Wah Noah, ini mah gede banget. Bakal betah gak sih?” Kini bawa yang bersuara, sebab matanya memancarkan kekaguman saat netranya pertama kali melihat villa besar milik om fandi.

“Senyum nya lebar banget kamu, Ge.” Noah berdiri di sebelah Gege, yang dibalas dengan senyum kikuk dari si mungil Geraldie.

“Umm noah.” , “ya?” , “maaf.” Gege yang lagi lagi meminta maaf pada Noah atas perilakunya minggu lalu. Ia masih tak enak hati dan malu.

“Astaga ge, santai sih santai, malah kita mah enak enak aja sih, kamu jadi ga sekaku itu sama kita.” Gege tersenyum simpul. Mungkin Noah ada benarnya, ia tak perlu merasa kaku atau malu saat berada bersama geng abraham. Mungkin ini kesempatan Gege untuk menjadi diri sendiri.

“Villanya udah bersih tinggal pake kata om fandi, jadi arurang(kita-kita)mah tinggal make aja.”

“Gila anying orang kaya mah beda.” Sambung abraham.

“Abraham juga kaya cuma emang petakilan aja.” Tukas Yoan. Iya memang, Abraham juga berasal dari keluarga kaya, namun ia tidak pernah mau memakai kekayaannya, karna Abraham membencinya. Mungkin nanti kita akan mengetahui alasannya.

“Gandeng yoan haram jaddah!” Maki Abraham yang mengundang gelak tawa dari teman teman se-gengnya.

“Dengar barudak(teman-teman) dengan cecepil(telinga) kalian, kamar di villa ini banyak, tapi seru gak sih kalo arurang tidur di ruang tengah bareng-bareng.” Usul Noah.

“Waduh si bawa gabisa grepe grepe vano atuh kalo gtu mah.”

“Sungut sia(mulut kamu), ares.” Geram Vano.

“Setuju, dongeng sampe tertidur tea geuning.” Yoan bicara.

Karna ide Noah sudah di setujui teman-temannya, Noahpun merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih di dalamya.

“Mau apa no?”

“Telpon bibi, biar beresin ruang tengah.” Ucap Noah pada Abraham.

‘Halo’

‘Iya bi, tolong bereskan ruang tengah ya bi, rerencangan(teman-teman) mau pada tidur di ruang tengah’

‘Iya bi, makasih’

“Okay, tunggu aja, nyantai dulu aja diruang tengah yuk, cikupi cikupi lah kita botram(makan bersama).” Ucap Noah yang diberi anggukan teman temannya.

“Jungkook, tinggalin gue sendiri aja, gue gak apa apa, gue malah takut lo kenapa – kenapa.” Tukas Jimin meremat tangan kekar nan dingin itu. Jimin tau, jika Jungkook kini tengah menahan emosinya, terlihat saat Taehyung menelfon Jimin. Jungkook, masih sanggup mendengar suara teriakan dan cacian pada Jimin, emosinya naik pitam saat Taehyung mengatakan jikalau Jimin menjual diri.

Fakta itu memang benar, Jimin ‘sempat’ menjadi pria bayaran atau menjual badannya untuk bertahan hidup di kota besar Jakarta. Jungkook, adalah pria terakhir yang memesan jasa Jimin, namun pria bernama Jungkook itu malah tertarik dengan si manis, hingga saat ini mereka menjalin hubungan di belakang Taehyung.

Jimin, sangat menyukai saat ia berada di sisi Jungkook. Perlakuan yang sungguh membuat Jimin mampu merasakan debaran dan perutnya di penuhi kupu – kupu. Namun, saat Jimin mengharuskan pulang ke apartemennya bersama Taehyung, kebahagiaan yang ia buat dengan Jungkook kembali hilang, ia di perlakukan keji pun dengan kata – kata yang menyayat hati si manis. Jika Jimin bertemu dengan Jungkook, Pria itu selalu mendapati luka lebam di sekitar wajah dan seluruh badannya. Jungkook sangat marah, pria yang ia buat bahagia, yang susah payah untuk menampilkan senyumnya, di buat koyak oleh bajingan bernama Taehyung. Namun si kecil selalu berkata, “tahan… tahan sayang. Aku gak apa apa, kamu liat gak semakin hari semakin sedikit kan lukanya? Semakin sedikit lebam ya? Aku udah bisa ngelawan sayang. Aku semakin kuat, berkat kamu.” Jungkook tak kuasa menahan tangisnya, ia benar – benar seperti pria gagal menjaga terkasihnya. Ia mendekap kuat – kuat tubuh hangat itu, menyesap lehernya yang membuat Jungkook sedikit merasa tenang.

“Selama kamu ada di sisi aku, kamu aman, putusin Taehyung. Kita hidup bersama – sama.” Ucap Jungkook malam itu dengan pelukan yang terus bertengger di badan Jimin.

Malam ini, Jimin memutuskan untuk pergi dan mengakhiri hubungannya dengan Taehyung, ia sudah tidak peduli dengan ancamannya, ia tidak peduli juga dengan apapun yang akan Taehyung perbuat.

Jungkook memasukan gigi dan mobilpun melesat cepat di trotoar. Ia akan pergi ke tempat aman, yang tidak akan satu orang pun tau.

“Aku nyalain lagu nya biar—

“Awass!!!!”

CIIITTTTTTTT

Mobil Jungkook tergelincir hingga body mobilnya menabrak tiang jalan. Jungkook menyadarkan diri dan membuka sabuk pengamannya lalu mengecek Jimin di sebelahnya.

“Jimin… sayang!! Sayang… kamu gak apa apa? Sayang…”

“J—junhkook, aku gapapa cuma pusihngg, kebentue kaca.” Puji Syukur Jungkook menghela nafasnya lega, ia melihat kaca spionnya, melihat mobil yang tiba – tiba melaju di hadapan mobil miliknya tadi, terdiam di belakang.

Jungkook dengan amarah yang penuh, ia keluar dari mobil. Menghampiri si bajingan itu yang telah celakai si manisnya.

“Fuck.” Umpat Jungkook saat pemilik mobil itu keluar dari mobilnya. “Taehyung fucking guntama.” Teriak Jungkook dengan penuh keberanian.

Jimin mendengar prianya memanggil nama itu, dengan cepat ia membuka sabuknya dan keluar dari mobil. “BERHENTI DISANA!” Teriak Jimin yang tiba – tiba berlari dan diam di hadapan Jungkook.

“Apa yang kamu lakuin! Kembali ke mobil!”

“Berisik Jungkook!” Jungkook mendengus kasar karna ia tidak bisa melawan prianya sekarang.

“Lo gila taehyung? Lo bikin orang celaka? Lo bisa aja gue laporin dan lo masuk penjara!” Seringai Taehyung dengan tawa kecil yang membuat si manis merinding.

Taehyung berjalan maju hingga jaraknya dengan Jimin dan Jungkook tidak jauh.

“Silahkan Jimin, gue gak takut.” Taehyung menjeda kalimatnya dan kini matanya menatap sinis pada Jungkook. “Jungkook, lo tau lo sudah melakukan kesalahan yang sangat amat besar, lo ambil pacar gue dan sekarang lo mau bawa dia kabur? Gue bingung, mau biarin lo idup atau mati.”

CUIH

Jungkook meludah menandakan ia tidak gentar atas semua perkataan yang Taehyung lontarkan pada Jungkook, ia malah menatap balik netra coklat milik Taehyung dengan berani.

“Jimin ikut gue pulang.” Jimin menggeleng. “Pulang atau gue seret!”

“Gue gamau anjing! Gue gamau sama lo lagi! Taehyung, kita putus! Gue udh benci, gue benci banget sama lo.” Teriak Jimin dengan suaranya yang terdengar sedikit serak.

“Jungkook, lo emang bajingan. Lo bikin gue murka. Gue bakal ngebiarin lo mati anjing.” Taehyung maju dengan langkah besar menghampiri Jimin dan Jungkook. Dan Jimin pun memaksa Jungkook untuk melangkah mundur menjauh dari Taehyung.

“Lo cunguk sialan.”

Drap..

“Lo bikin orang yang gue cintai pergi.”

Drap..

“Hari ini lo mati jungkook.”

Drap…

“Jimin bakal selalu jadi milik gue.” Langkah terakhir yang di sekon berikutnya Taehyung berlari lalu Menerjang Jungkook.

Jimin tersungkur hingga telapak tangan dan kakinya luka. Irisnya kini menatap kedua pria saling adu jotos di hadapannya. Ia bingung, apa yang harus ia lakukan.

BUG

BUG

BUG

“Lo anjing taehyung! Lo yang pantes mat— BUG

“Berisik anjing! Sialan”

Jimin memukul – mukul kepalanya, ia pun mengambil ponselnya di dalam saku jaketnya dan menekan nomber – nomber di layar.

“Hallo…”

Pukulan keras mengenai kapala Jungkook, membuat Jungkook sedikit kehilangan kesadaran dan membuat pandangannya buram. Bisa disebut, Jungkook kini kalah telak dengan Taehyung.

Seringai itu membuat Jungkook naik pitam, ia mengkerahkan seluruh tenaganya untuk melawan Taehyung, walau pukulannya tidak mengenai lawannya, ia harus tetap melawan agar dirinya tidak kehilangan Jimin dan nyawanya.

“BERHENTI! UDAH STOP! TAEHYUNG STOP! JUNGKOOK UDAH GABISA NGELAWAN TAE! STOP!”

“Mundur Jimin! Aku masih kuat.” Ucap Jungkook memasang kuda – kudanya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Halah bacot!”

BUG

Tendangan ke perut Taehyung tidak meleset, Jungkook tersungkur mundur dengan mulut yang mengeluarkan darah segar.

“NO !! NO !! JUNGKOOK.” Jimin berlari dengan air mata yang terus menderas setiap detiknya, ia menompang tubuh Jungkook dan memeluknya, memebersihkan darah di sekitar wajah kekasihnya dengan baju yang ia kenakan.

Namun lengan kekar itu tiba di kepala Jimin, di jambaknya surai hitam itu hingga jimin mendongkak dan terseret kebelakang. Tubuh kekar lemah itu jatuh kembali ke tanah. Lengan Jungkook mencoba meraih kaki mungil itu, namun sayang sekali Taehyung menyeretnya begitu cepat.

“Lepas! Lepasin taehyung! Sakit!! S—sakit!! Hiks.”

“Diem anjing lo emang biadab! Lo Lonte gatau malu anjing! Pulang lo sekarang, lo bakal gue kasih pelajaran.” Taehyung terus menyeret Jimin hingga seperempat dari jarak Jungkook yang tergeletak tidak tidak berdaya.

“Le—lep—lepasiiin! Bang—shattt! J—jiii, ay—o l—lawan ji.” Jungkook mengatakan kalimat dengan terbata bata, menahan sakit yang sangat amat membuatnya menderita.

Jungkook melihat tubuh itu terus menjauh dari hadapannya, pria mungil itu menangis, melawan sekuat tenaganya. jungkook pun ikut menangis dan ia menyalahkan dirinya sendiri, ia sangat bodoh, ia tidak cukup kuat untuk mempertahankan Jimin, ia sangat lemah, ia benci dirinya sendiri.

Saat pandangan itu mulai menghitam, ia melihat kegaduhan di depan sana, ia melihat sedikit jelas, itu polisi memisahkan Jimin dengan Taehyung, Jungkook tersenyum, tuhan mendengarkan doa nya, Jimin selamat walau bukan karna dirinya. Namun di detik berikutnya, pandangan Jungkook menghitam tak sadarkan diri.

“Aku kan udah bilang sama kamu, jangan makan ice terus jadinya kamu pilek.”

“Bukan urusan kamu.” , “kamu kalo di kasih tau itu nurut, jangan membangkang.” Pria kecil itu memutar bola matanya jengah, menepis genggaman Bilal dan berjalan cepat mendahuluinya.

“Memangnya kamu siapa atur atur aku.” Teriak Nirwana di depan sana.

“Kamu itu udah kaya keluargaku sendiri, aku udah anggap kamu seperti adik sendiri.” Nirwana kesal, ia menendang tanah , membuat pasir – pasir yang melayang ke udara membuat Nirwana dan Bilal terbatuk.

“NIRWANA!!” Hendak Nirwana akan berlari, sekumpulan anak sebaya Bilal datang mengerumun ke arah Bilal, Nirwana terkejut dan berlari untuk menarik tangannya, namun seseorang berhasil mendorong kuat tubuh kecil itu, hingga tersungkur kebelakang.

“Oyy Bilal, kenapa tadi kamu kabur waktu pulang sekolah?! Kamu gamau kasih uang ke kami?!” Lutut Bilal sangat lemas, pundaknya merosot dengan wajah yang menunduk enggan menatap mereka.

BRUKKK

Bilal terjatuh dengan keras ke atas tanah, ia merasakan tulang bokoknya sangat nyeri. Ia meringis dengan pelan karna takut semakin di siksa.

“HEH JANGAN MACAM MACAM YA MISKIN!” Teriak maki Nirwana, membuat segerombolan anak – anak itu tersulut emosinya.

“Bocah kecil, berani banget menghina kami!”

Memang betul kan ucapanku? Kalian itu miskin, kerjaannya minta minta uang ke orang mulu. Kenapa kalian gak pake baju sobek dan berdandan wajah kumuh, terus minta – minta di pusat kota sana? Kenapa harus ke Bilal? Salah satu dari mereka maju dengan tangan yang mengepal kuat, bersiap untuk membogem pria kecil yang menghina di hadapan mereka.

Mengetahui jika Nirwana dalam masalah, Bilal dengan cepat berlari keluar dari kerumunan anak nakal tersebut dan mendorong pria baju berwarna hitam itu. “NIRWAN LARI!! CEPET!!” Nirwana tidak pergi, justru ia terus memasang muka nyeleneh agar lawan datang padanya.

Teman – temannya tidak terima, yang Nirwana pikir mereka akan datang padanya, ternyata Bilal lah yang menjadi sasarannya.

Suara pukulan keras yang terdengar oleh Nirwana membuat jatungnya berpacu lebih kencang, keringat dingin dan tubuh yang bergetar membuatnya sulit untuk berfikir, apa yang harus ia lakukan untuk menolong Bilal.

“WOY! GOBLOK! MAU JADI JAGOAN LO, BANGSAT!” Suara lantam itu terdengar hingga bergema di seluruh lapangan, segerombolan anak nakal itu berhenti memukuli Bilal dan memfokuskan pandangannya ke arah suara.

“Solo vs squad?” , “lah ayo? Siapa takut?”

Belum saja 2menit 3 bocah nakal itu tergeletak kesakitan, mereka meringis dan meminta tolong pada temannya yang masih aman. “Apa? Mau kaya mereka juga?”

“Ehh ehh ayo pergi!! Cepet bangun! Kabur!!”

Pria penyelamat bilal itu berlari kecil dan menggendong Bilal ala bridestyle, Yang awalnya Nirwana kagum, tiba – tiba ia kesal dan marah pada pria yang menggendong Bilal.

“Kamu gak apa apa?”

“Enggak kok kak.”

Aku anterin pulang ya?”

“Turunin aja aku gapapa kok kak.”

“Aku kuat kok, aku kan atlit karate.”

Cuih, batin Nirwana. Saat itu lah, jika ia besar nanti, ia bertekad akan berolah raga dan membuat badannya besar dan kuat. Agar bisa menolong dan melindungi Bilal.

Aestra bergegas memasukan barang – barangnya ke dalam tote bag hitam miliknya, seperti lips gloss, lipstick, parfum, pakaian ganti, sisir, kaca dan kunci mobil tuanya. 

setelah semuanya siap, ia sedikit merapihkan rambut juga mengecap labium tebal glossynya. “All done.” Ucapnya. Ia dengan kilat keluar dari kamar dan berlari kecil keluar rumah. 

“Mau kemana lagi dek?” 

“umm, mau ke club, Aron jadi DJ malem ini, aku mau support dia.” Pria berbadan besar itu mengangguk lalu melanjutkan tontonannya. “Aku pergi dulu kak.” , “hmm.”

***

20 menit saja yang harus di tempuh Aestra untuk sampai ke Queen Rose Club. tak pakai lama, ia pun keluar dari mobilnya dan berlari ke arah pintu masuk club tersebut, namun tubuh mungilnya di hadang oleh 2 pria berbadan besar dan berotot di depannya. 

“Id card?” 

“Mmm gapunya.” Jawab Aestra tenang. 

“Kalau begitu kamu tidak bisa memasuki club ini.” , “acara malam hari ini, acara private, kamu harus memiliki id card resmi dan surat undangan beruba kertas atau email.” Kedua pria besar itu bicara bergantian. 

“Temanku jadi DJ di dalam, aku harus support dia.” Ujar Aestra memasang muka memelas. 

“Maaf manis, kamu tidak bisa.” Ahhh… Aestra mulai memamerkan wajah nakalnya, kedua tangannya kini dengan tidak sopan mengelus kejantanan kedua penjaga tersebut, meremasnya hingga terdengar desahan yang tertahan disana. 

“Kita negosiasi aja gimana? Kalian izinin aku masuk, dan aku bakal sepong kontol kamu, dan kamu” ujar Aestra menatap pria satunya “kamu boleh genjotin lubang aku.” Terlihat kedua pria itu tengah menelan salivanya, wajahnya berpeluh karna tergoda oleh pria manis di hadapannya. 

Tak lama, Aestra di tarik menuju belakang oleh salah satu penjaga tersebut. Aestra melakukan kegiatan blowjob dan berhubungan intim secara bergantian dengan penjaga demi bisa masuk kedalam club. 

Katakan lah, Aestra adalah pemuda yang gila, ia akan melakukan apa saja demi apa yang ia mau, bahkan merelakan tubuhnya di icipi orang lain, bukan hal yang rugi baginya, win : win… ia menikmati permainannya, ia juga mendapatkan apa yang ia mau. 

Jujur saja.. siapa yang menolak berhubungan badan? Kalau kalian menolak, mungkin kalian belum coba. – Aestra.